Friday, February 21, 2014

Pembuatan Paspor

Sekarang ini mudahnya proses permohonan paspor, tanpa harus dipersulit dan tanpa menggunakan jasa calo, semuanya bisa dilakukan sendiri. Sistemnya cukup bagus untuk mengajari masyarakat Indonesia belajar mandiri. Saya sendiri mengurus buku hijau tersebut di kantor Imigrasi Pontianak, mau dimanapun domisili anda, dapat mengurus paspor di daerah/provinsi di mana saja, berikut langkah-langkahnya:

1. Ambil formulir dan map kuning (gratis) di loket Fotocopy dan copy dokumen yang dibutuhkan untuk pembuatan passpor. Dokumen yg dibutukan untuk permohonan passpor dewasa, baik paspor baru maupun penggantian karena expired prosesnya sama saja, antara lain, Copy KTP (KTP harus di copy dalam ukuran A4 karena petugas tidak akan menerima copy KTP dalam ukuran kecil), Kartu Keluarga, Ijasah/Akta Lahir, surat keterangan kerja dari perusahaan/Instansi (bagi pegawai pemerintah dan swasta). Saya sendiri tidak memakai surat keterangan kerja tersebut, karena memang baru resign dari pekerjaan sebelumnya, sehingga di kolom pengisian pekerjaan saya isi dengan "usaha keluarga". Saya datang ke kantor imigrasi pada hari kamis sekitar jam 11.30, ternyata loket pendaftaran sudah tutup, maka saya diminta balik lagi keesokan harinya. Untuk informasi, loket pendaftaran dibuka mulai pukul 08.00 sd 11.00

2. Datangi loket Pengambilan Nomor Antrian. Loket dibuka Jam 8.00 akan tetapi biasanya sebelum jam 8.00 sudah dipadati oleh pengunjung, saya sendiri datang pada hari Jumat dan tiba di kantor Imigrasi jam 8.00 tetapi sudah mendapatkan no antrian ke 20. Kemudian petugas akan melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen jadi bawa  terus dokumen aslinya, dan untuk penggantian (perpanjangan) paspor, jangan lupa bawa paspor asli beserta copyannya.

3. Setelah mendapatkan no antrian, silahkan menunggu panggilan di loket PERMOHONAN, kita akan di panggil untuk verifikasi data, dan petugas akan meminta kita untuk menunjukkan dokumen asli, jadi siapkan data-data tersebut, supaya proses verifikasi lebih cepat selesai. Kemudian petugas akan memberikan kertas yg berisi jadwal foto beserta rincian biaya pembuatan paspor. Saya mendapatkan jadwal pada hari Selasa untuk pengambilan foto, sidik jari dan wawancara. Untuk biaya paspor 48 halaman dikenakan sebesar IDR 255,000 yang disetorkan langsung ke bank BNI, dan ditambah IDR 5,000 untuk biaya administrasi bank. Biaya pengurusan paspor sudah harus dibayar sebelum jadwal foto, sidik jari dan wawancara.

4. Pada hari Selasa saya kembali lagi ke kantor Imigrasi. Bawalah bukti pembayaran dari BNI tadi beserta kertas yang diberikan oleh petugas sebelumnya, kemudian ambil No Antrian di loket PENDAFTARAN FOTO. Usahakan datang sebelum jam operasional, agar bisa memperoleh no antrian awal. Pakailah pakaian berkerah, dan disarankan tidak berwarna putih (saya juga tidak tahu alasannya, tapi memang tertulis bahwa tidak diperkenankan memakai baju berwarna putih). Sekali lagi, bawa juga dokumen asli untuk diperlihatkan oleh petugas. Setelah wawancara kita akan mendapatkan jadwal pengambilan passpor dari petugas (berkisar 3 sd 4 hari kerja).

5. Langkah terakhir adalah pengambilan paspor, cukup dengan menyerahkan kertas pengambilan paspor yg diberikan oleh petugas tempo hari, tanpa harus membawa dokumen asli lagi seperti langkah-langkah sebelumnya. Datangi loket PENGAMBILAN PASPOR, prosesnya tidak sulit. Kebetulan saya datang pada hari Jumat dan dalam keadaan sepi pengunjung sehingga proses pengambilan paspor tidak memakan waktu lama, bahkan tidak sampai 5 menit. Jika anda proses penggantian Paspor, paspor yang lama tetap tidak dikembalikan kepada kita, tetapi jika anda masih membutuhkan paspor yang lama, anda bisa memintakannya kepada petugas, dan mereka akan mengembalikannya.

Oke selamat mengurus buku hijau anda sendiri tanpa perantara maupun jasa calo. (pl)

Thursday, February 20, 2014

Catatan Perjalanan Ke Lombok

Begitu tiba di Bandara Lombok sudah sore, bandaranya cukup bagus, bandara baru soalnya. Saat itu, saya naik taxi, tadinya liat price list taxi bandara menuju senggigi, buset mahal banget. Paling murah itu IDR 190,000 dan malah ada yang IDR 300,000 - IDR 400,000. Tapi katanya bisa pilih pake argo sih, cuma gak saya ambil waktu itu, kemudian saya berjalan keluar nyari taxi, tapi dibuntutin terus sama orang, akhirnya buru-buru saya panggil Blue Bird. Yang saya gak rela itu, orang yang buntutin saya itu minta duit sama driver Blue Bird, maksa lagi, seolah-olah dia yang dapat penumpang.

Ok, sekarang sudah ada di taxi, buseet argonya kenceeeeng banget, sambil ketawa saya bilang ke Eka, ya elaaah kalo kayak gini mah sama aja dong dengan harga yang IDR 190,000 itu. Makin galau deh kita, karena gitu cek di google map, jarak bandara ke Senggigi Beach Hotel itu 50km. Hahaha ini bisa abis berapa argonya, ya sudahlah, kita tutup mata dan pasrah aja. Tibalah kami di hotel, untung tarifnya cuma IDR 180,000 trus kasih ongkos parkir IDR 5,000, totalnya IDR 185,000. Kami hanya saling mandang dan tertawa geli, yaaah apa bedanya kalo gitu. 


Belum selesai check in, kami buru-buru menuju sunset point, buat ngejar sunset, tapi dengan menyesal kami telat sekitar 10 menit. Hotelnya cukup nyaman, berbentuk bungalow, kita dapat garden view room, karena lebih murah dari pada beach view room. Pelayanannya bagus, kamar cukup bersih, hanya saja interiornya agak tua, TV nya masih tabung gede. Daerahnya cukup strategis, dengan berjalan kaki keluar kisaran 200M-300M sudah bisa menemukan makanan. 
 



Di hari pertama, kita makan Kangkung Plecing, kangkung yang di rebus bersamaan tauge, kubis dan kol, trus disirami sambal tomat pedes asem, menurut kami sih enak, dilengkapi dengan wangi jeruk limaunya yang khas. Lalu Ayam Taliwang, yang dimasak dengan santan pedes, cukup enak, tapi enggak untuk dua kali sih, karena bikin eneg. Lalu Ayam Rajang, hmmmm yang ini agak aneh, di masak dengan cabe hijau dan merah ukuran  besar, lalu di tambahin bumbu-bumbu khas lombok. Di coba aja sih, gak ada salahnya. 

Day 2 kita ke Gili Trawangan, gak nginep, naik Blue Bird lagi, trus mampir buat take a picture bentar di bukit Malimbu, ambil view laut dari bukit, tampak background Gunung Agung nya Bali dan 3 Gili (sebutan untuk pulau kecil dalam bahasa Lombok), Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan. Takjub banget, lautnya biru banget. Tarif taxi dari hotel ke terminal Bangsal kisaran IDR 80,000, lalu lanjut dengan naik andong, atau sebutan orang sini cidomo. Kita bayar IDR 15,000 per keretanya. Hahaha ternyata lumayan deket, kalo mau jalan kaki ke Pelabuhan Bangsal nya gak masalah sih ... kuat-kuat aja kok, kira-kira 500M.

Kapal ke Gili
Sampe di Pelabuhan Bangsal, harga tiket kapal penyeberangan ke Gili Air (IDR  10,000), Gili Meno (IDR  12,000), Gili Trawangan (IDR  13,000), dan ditambah biaya retribusi ini itu sekitar IDR 5,000. Gili Trawangan merupakan gili yang paling ramai dikunjungi wisatawan, dan kami pun hanya mengunjungi Gili Trawang. Kata orang, lebih bagusan Gili Air sih, cuma ya masih sepi.

Nah, kita bakal naik kapal barengan penduduk lokal yang mungkin pedagang di pulau itu, jadi nanti jangan kaget kalo isi dalam kapal itu macem-macem, dari manusia, makanan sampe  hewan. Perjalanan di tempuh skitar 30 menit. Pulau ini bener-bener hidup, hotel, pub, cafe, resto bertebaran dimana-mana, untuk keliling pulau bisa menyewa cidomo sekitar IDR 200,000an atau sepeda IDR 25,000 per jam. Buat penyuka diving dan snorkeling, pulau ini cocok sekali untuk dikunjungi, dan sebaiknya nginep. Karena kapal terakhir jam 3 sore. Di Gili Trawang, kita tidak perlu takut kehabisan cash, karena sudah banyak ATM, seingat saya ada BNI, BII, BRI, MANDIRI, COMMON WEALTH, dan lainnya.



Day 3, last day, kita sewa mobil, dengan bayaran IDR 550,000 per 10 jam. Pertama Kita ke desa Banyumulek, pusat pembuatan gerabah, yaitu pembuatan kendi, cawan, piring, dll dari bahan tanah liat.  Saya beli toples seharga IDR 90,000 dan cawan untuk simpan gula di meja per bijinya IDR 50,000. Ah gak tau deh mahal apa gak, soalnya udah capek nawar-nawar, dan gak ada pembandingnya juga, karena banyak toko yang tutup, berhubung lagi hari raya  Idul Fitri. Bahkan pusat jual mutiara pun banyak yang tutup, dengan menyesal, kita tidak bisa hunting mutiara. Untungnya saya sudah beli mutiara yang di jual di dalam kawasan hotel, harga untuk mutiara air lautnya IDR 100,000, di tawar-tawar jadi IDR 90,000 per biji. Gak bagus-bagus amat sih, yaaah better than nothing. Lalu untuk yang air tawar di hargai IDR 20,000 per biji. Katanya sih asli, kalo ada komplain, bisa telepon ke nomor telepon dan ponselnya, dia juga punya cabang di Jakarta dan Bandung.

Selanjutnya kami mengunjungi desa Sukarara, disitu pusat penjualan kain tenun khas lombok, harga sarungnya cukup mahal, saya liat si bule bayar IDR 600,000 per sarung, lalu harga taplak meja IDR 250,000, hehe gak dulu deh mas. 








Lanjut lagi ke Desa Sade, kampung adat suku Sasak, gitu turun dari mobil, kita sudah ditunggu sama pemuda lokal yang akan bawa kita keliling komplek kampung mungil itu. Saya pikir gak ada salahnya sih, dari pada kita jalan-jalan sendiri gak jelas gitu, mendingan di temenin, sambil dengar dia bercerita, toh cuma di kasi IDR 20,000 juga udah bisa denger ceritanya. Lalu ditambahin juga uang masuk ke dalam, gak di patok harga sih, kita kasihnya IDR 20,000  juga. Jumlah rumah, katanya 150 rumah dan 150 kk, jumlah penduduk kisaran 700an. Penghasilan utama  masih bertani, dan tampak pula ibu-ibu disana bertenun kain khas lombok, dan dijual didepan rumah pondokannya. Kita di ajak masuk, trus depannya ada lumbung padi bersama milik penduduk setempat. Rumah tinggal nya beratapkan daun alang-alang, yang katanya tahan hingga 7 tahun, dindingnya dari rotan. Lantainya terbuat dari tanah liat tanpa semen. Untuk pembersih lantai digunakan kotoran sapi, yang katanya bisa anti nyamuk dan debu. Kebayang ya betapa baunya waktu di pel.

Tanjung Aan
Lanjut ke Tanjung Aan, gilaaaa air lautnya biru banget, trus pasirnya putih, bagi yang suka pantai dan hobi foto-foto, tempat ini wajib dikunjungi, kita bisa ambil gambar dari atas bukit, sehingga hasilnya lebih keren. Hanya saja jalan akses ke tempat ini cukup jelek, jalanan berlubang-lubang. Dalam perjalanan pulang, kami mampir ke Pantai Kuta, ini namanya aja yang mirip ama pantai di Bali, tapi gak ada hubungannya sama sekali. Pantai ini tidak seindah Tanjung Aan, hanya saja pasirnya cukup unik, kasar, besar dan tampak bulat, pasir nya di sebut pasir merica. kelebihan lokasi pantai ini, kita bisa isi perut, setelah berjalan seharian, wah kita makan cumi panggang n ikan panggang bawang putih, enak banget sumpah. 

Setelah makan kita buru-buru ke bandara, mengejar flight ke surabaya. (Pl)