Sunday, July 17, 2011

Unconditional Love

Lima tahun usia pernikahanku dengan Ellen sungguh masa yang sulit. Semakin hari semakin tidak ada kecocokan diantara kami. Kami bertengkar karena hal-hal kecil. Karena Ellen lambat membukakan pagar saat aku pulang kantor. Karena meja sudut di ruang keluarga yang ia beli tanpa membicarakannya denganku, bagiku itu hanya membuang uang saja.

Hari ini, 27 Agustus adalah ulang tahun Ellen. Kami bertengkar pagi ini karena Ellen kesiangan membangunkanku. Aku kesal dan tak mengucapkan selamat ulang tahun padanya, kecupan di keningnya yang biasa kulakukan di hari ulang tahunnya tak mau kulakukan. Malam sekitar pukul 7, Ellen sudah 3 kali menghubungiku untuk memintaku segera pulang dan makan malam bersamanya, tentu saja permintaannya tidak kuhiraukan.

Jam menunjukkan pukul 10 malam, aku merapikan meja kerjaku dan beranjak pulang. Hujan turun sangat deras, sudah larut malam tapi jalan di tengah kota Jakarta masih saja macet, aku benar-benar dibuat kesal oleh keadaan. Membayangkan pulang dan bertemu dengan Ellen membuatku semakin kesal! Akhirnya aku sampai juga di rumah pukul 12 malam, dua jam perjalanan kutempuh yang biasanya aku hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di rumah.

Kulihat Ellen tertidur di sofa ruang keluarga. Sempat aku berhenti di hadapannya dan memandang wajahnya. "Ia sungguh cantik" kataku dalam hati, "Wanita yang menjalin hubungan denganku selama 7 tahun sejak duduk di bangku SMA yang kini telah kunikahi selama 5 tahun, tetap saja cantik". Aku menghela nafas dan meninggalkannya pergi, aku ingat kalau aku sedang kesal sekali dengannya.

Aku langsung masuk ke kamar. Di meja rias istriku kulihat buku itu, buku coklat tebal yang dimiliki oleh istriku. Bertahun-tahun Ellen menulis cerita hidupnya pada buku coklat itu. Sejak
sebelum menikah, tak pernah ia ijinkan aku membukanya. Inilah saatnya! Aku tak mempedulikan Ellen, kuraih buku coklat itu dan kubuka halaman demi halaman secara acak.

14 Februari 1996. Terima kasih Tuhan atas pemberianMu yang berarti bagiku, Vincent, pacar pertamaku yang akan menjadi pacar terakhirku.

Hmm. aku tersenyum, Ellen yakin sekali kalau aku yang akan menjadi suaminya.

6 September 2001, Tak sengaja kulihat Vincent makan malam dengan wanita lain sambil tertawa mesra. Tuhan, aku mohon agar Vincent tidak pindah ke lain hati.

Jantungku serasa mau berhenti...

23 Oktober 2001, Aku menemukan surat ucapan terima kasih untuk Vincent, atas candle light dinner di hari ulang tahun seorang wanita dengan nama Melly. Siapakah dia Tuhan? Bukakanlah mataku untuk apa yang Kau kehendaki agar aku ketahui.

Jantungku benar-benar mau berhenti. Melly, wanita yang sempat dekat denganku disaat usia hubunganku dengan Ellen telah mencapai 5 tahun. Melly, yang karenanya aku hampir saja mau memutuskan hubunganku dengan Ellen karena kejenuhanku. Aku telah memutuskan untuk tidak bertemu dengan Melly lagi setelah dekat dengannya selama 4 bulan, dan memutuskan untuk tetap setia kepada Ellen. Aku sungguh tak menduga kalau Ellen mengetahui hubunganku dengan Melly.

4 Januari 2002, Aku dihampiri wanita bernama Melly, Ia menghinaku dan mengatakan Vincent telah selingkuh dengannya. Tuhan, beri aku kekuatan yang berasal daripadaMu.

Bagaimana mungkin Ellen sekuat itu, ia tak pernah mengatakan apapun atau menangis di hadapanku setelah mengetahui aku telah mengkhianatinya.

14 Februari 2002, Vincent melamarku di hari jadi kami yang ke-6. Tuhan apa yang harus kulakukan? Berikan aku tanda untuk keputusan yang harus kuambil.

14 Februari 2003, Hari minggu yang luar biasa, aku telah menjadi Nyonya Alexander Vincent Winoto. Terima kasih Tuhan!

18 Juli 2005, Pertengkaran pertama kami sebagai keluarga. Aku harap aku tak kemanisan lagi membuatkan teh untuknya. Tuhan, bantu aku agar lebih berhati-hati membuatkan teh untuk suamiku.

7 April 2006, Vincent marah padaku, aku tertidur pulas saat ia pulang kantor sehingga ia menunggu di depan rumah agak lama. Seharian aku berada mall mencari jam idaman Vincent, aku ingin membelikan jam itu di hari ulang tahunnya yang tinggal 2 hari lagi. Tuhan, beri kedamaian di hati Vincent agar ia tidak marah lagi padaku, aku tak akan tidur di sore hari lagi kalau Vincent belum pulang walaupun aku lelah.

Aku mulai menangis, Ellen mencoba membahagiakanku tapi aku malah memarahinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Jam itu adalah jam kesayanganku yang kupakai sampai hari ini, tak kusadari ia membelikannya dengan susah payah.

15 November 2007, Vincent butuh meja untuk menaruh kopi di ruang keluarga, dia sangat suka membaca di sudut ruang itu. Tuhan, bantu aku menabung agar aku dapat membelikan sebuah meja, hadiah Natal untuk Vincent.

Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, Ellen tak pernah mengatakan meja itu adalah hadiah Natal untukku. Ya, ia memang membelinya di malam Natal dan menaruhnya hari itu juga di ruang keluarga.

Aku sudah tak sanggup lagi membuka halaman berikutnya. Ellen sungguh diberi kekuatan dari Tuhan untuk mencintaiku tanpa syarat. Aku berlari keluar kamar, kukecup kening Ellen dan ia terbangun. "Maafkan aku Ellen, Aku mencintaimu, Selamat ulang tahun."

Sumber : Forward Email

Sunday, July 10, 2011

Enjoy The Game

Tanpa sengaja saat hendak beres-beres lemari, saya menemukan sebuah buku yang berisi renungan-renungan yang di tulis oleh temanku yang bernama Efraim Silitonga. Sudah lama buku ini berada didalam box buku-buku pelajaranku semasa kuliah dulu. Saya baca-baca kembali renungan ini, dan benar-benar menyentuh. Sebelum memposting artikel ini, tentunya saya sudah terlebih dahulu meminta ijin darinya. 

28 November 2008
Enjoy The Game! Itulah kalimat yang selalu sengaja aku pikirkan dan aku dengung-dengungkkan dalam pikiranku ketika aku bermain futsal, olahraga favoritku. Aku melakukannya karena aku tahu, jika aku bermain dengan menikmatinya, tanpa beban, aku selalu bermain jauh lebih baik daripada aku bermain dengan serius. Tentu saja aku tidak meremehkan permainan meskipun tidak dalam sebuah kompetisi, aku selalu bermain dengan sungguh-sungguh, tetapi aku selalu bisa tetap santai meskipun dengan sungguh-sungguh.
Frustasi ketika membuang peluang mencetak goal, atau marah pada diri sendiri karena membuat kesalahan mendasar seperti gagal menghentikan bola umpan dari teman satu team, hanya memperburuk permainan selanjutnya. Aku justru semakin bermain buruk pada sisa pertandingan setelah melakukan kesalahan.
Tapi pada suatu pertandingan, aku tidak mempedulikan berapa goal yang aku buat atau bagaimana hasil pertandingan. Aku hanya ingin bermain dan harus menikmati sepanjang pertandingan, apapun yang terjadi. Aku melakukannya dengan satu alasan, jika aku tidak bahagia ketika bermain olahraga yang paling menyenangkan bagiku, bagaimana aku bahagia disituasi yang tidak menyenangkan? Ini  olahraga favoritku, aku harus selalu bahagia ketika didalam permainan ini, apapun yang terjadi.
Dipertandingan waktu itu, dan pertandingan-pertandingan selanjutnya, aku selalu bermain dengan menikmatinya, dan aku selalu bermain bagus. Aku mampu tersenyum bahkan ketika aku tidak mencetak goal disituasi dimana aku seharusnya mencetak goal. Senyum itu bukan berarti aku akan melakukannya lagi, tapi aku belajar bagaimana melakukannya dengan cara yang lebih baik bila aku berada disituasi yang sama. Kegagalan menjadi motivasi, menjadi energy untuk selalu melakukan yang terbaik, dan tentu saja pembelajaran untuk waktu yang akan datang. Aku belajar untuk selalu bahagia dalam mengerjakan dan menjalani apapun. Aku hanya melakukan apa yang aku tahu untuk mendapat apa yang aku inginkan.
I just do it, I just Shoot!
Pertandinganku yang terakhir sebelum aku menulis ini, aku sangat menikmati pertandingan itu. Aku mencetak 8 goal. Sebuah angka yang cukup fantastis, sebuah rekor baru karena aku belum pernah mencetak goal sebanyak itu dalam pertandingan  sebelumnya. Aku top skor dalam pertandingan itu. Aku lebih menghargai teman satu team ku ketika dia membuat kesalahan, karena itu bisa terjadi pada siapa saja, bahkan pemain top dunia sekalipun. Aku lebih menghormati pemain lawan ketika dia merebut bola dengna cara yang mungkin agak kasar, karena pada dasarnya kami sama. Kami ingin menang, kami menyukai permainan ini, mereka hanya ingin bahagia, tidak ada yang salah dengan itu. Dan yang paling menarik , ada beberapa goal yang aku buat, dimana aku terkejut tembakanku ke gawang menjadi sebuah goal. Tentu saja aku sengaja menendang bolanya ke gawang, tapi aku terkejut ketika bolanya masuk. Aku tidak memikirkan apapun, I just shoot the ball.
Dalam pertandingan itu aku membuang beberapa peluang mencetak goal, tapi aku tetap sangat bahagia seusai pertandingan itu. Aku masih tidak percaya aku baru saja mencetak goal sebanyak itu. Aku sama sekali tidak menyesali kesalahan-kesalahan termasuk dimana aku membuang peluang mencetak  goal cantik sekalipun. Karena aku tahu kunci keberhasilanku membuat 8 goal adalah aku tidak menyesali kesalahan, tapi belajar dari kesalahan, aku bermain dengan bahagia. Aku tahu jika aku tidak bermain dengan bahagia, akan sangat sulit mencetak goal sebanyak itu. Aku yakin bahwa sebagian besar goal yang aku buat bukan karena kemampuanku, tapi hanya karena aku menembakkan bola ke gawang dengan perasaan sukacita. Aku menjadi selalu memandang positif terhadap apapun.
Just do it, just shoot, be happy, think simple, surrender and get it done.
So enjoy your life, no matter what happen. ENJOY YOUR LIFE!


(By Efraim Silitonga)