Thursday, August 25, 2011

Hatiku Percaya


Sepanjang perjalanan pulang ke Pontianak, saya hanya mendengarkan mp3 dari HP. Ada banyak lagu yg saya dengarkan, tapi hanya satu lagu yang membuat saya ingin seger a tiba di rumah dan segera menulis di blog ku. Lagu ini mengingatkan saya akan heran dan ajaibnya Tuhan. Lagu ini sangat mudah di hapal kan, karena liriknya yang pendek. Tapi maknanya, wow.
Satu hari saya dan teman-teman training ODP hendak bertamasya ke air terjun Bantimurung, Makassar. Kami menggunakan tiga mobil, dan entah bagaimana mobil yang saya tumpangi terpisah dengan dua mobil lainnya. Saya satu mobil dengan teman-teman yang berasal dari Manado. Kami benar-benar buta arah. Jadi sepanjang perjalanan kami bertanya kepada penduduk arah lokasi air terjun tersebut. 
Mobil pun terus melaju, tetapi teman saya merasa janggal, menurut informasi yang diperolehnya, bahwa tempat wisata tersebut berada dipinggiran, sedangkan kami sudah tiba di sebuah kota kecil yang lumayan ramai. Kami berpikir bahwa, kami sudah jauh melewati tempat tersebut .  Tapi dengan nekat mobil pun di teruskan, dan tanpa komando, saya dan teman-teman melantunkan  sebuah lagu Rohani yang berjudul Hatiku Percaya by Edwad Chen. Kira kira liriknya seperti ini,

Saat ku tak melihat jalan Mu
Saat ku tak mengerti rencana Mu
Namun tetap ku pegang janji Mu
Pengharapan ku hanya Pada Mu

Hatiku percaya, hatiku percaya
Hatiku percaya… slalu ku percaya

Selang beberapa saat lagu ini selesai kami nyanyikan, kami memutuskan untuk memutar arah mobil, tetapi dengan ajaibnya, persis di depan mobil kami, ada sebuah penunjuk jalan yang bertuliskan →Air Terjun Bantimurung’,  Wow ajaib sekali, kami semua terheran-heran dan hanya bisa kagum, loh kok bisa? Betapa senagnya kami saat itu, ya itu lah Tuhan kita, jika kita percaya dan berserah diri padaNya, maka Ia akan menunjukkan ‘jalan’ bagi kita.

Mungkin bagi orang yang belum percaya menganggap kejadian ini biasa saja. Tapi buat saya, ini adalah campur tangan Tuhan yang sungguh luar biasa, yang tak terlupakan. Mudah-mudahan teman-teman saya juga tidak melupakannya. Buat teman-teman, Russel, Henry, Steve, Finka, Vina, Moulyn, Novi, mari jo dang, torang nyanyi bareng lagi. Miss that moment! (pl)

Tuesday, August 2, 2011

Kejujuran


Barusan saya membaca sebuah renungan tentang “Membangun Kejujuran”, bagaimana kita harus bertindak jujur mulai dari hal yang paling kecil. Lalu iseng-iseng saya bertanya pada pacar saya, apa dia sudah jujur pada ku untuk hal-hal yang kecil bahkan sebetulnya tidak penting. Dengan ragu-ragu ia menjawab,bahwa sebetulnya dia menutupi satu hal dari ku, dan jika dia cerita, aku tidak boleh marah, maka saya menyetujui syaratnya. Saya sudah berpikir saya pasti bakal marah, dan ternyata benar saya marah mendengar pengakuan darinya. Disaat saya marah-marah, ia pun berkata inilah salah satu alasan yang paling dia takuti untuk berkata jujur, dan dari kemarahan saya dia merasa akan lebih baik jika ia menutupinya. 

Disaat bersamaan saya pun BBM-an dengan seorang teman, dan saya menceritakan hal ini, dengan bijaknya temanku berkata, “kamu lebih suka di bohongi ya, pau? Nah coba gini, lihat dari sudut pandang berbeda, pacarmu sudah mau jujur ke kamu walaupun tau kamu bakal marah. Ia butuh keberanian untuk ngomong. Seharusnya kamu senang, itu artinya dia percaya pada mu. Ia berani jujur walaupun tau konsekuensinya apa. Harusnya kamu bisa menghargai usaha dia untuk berkata jujur.  Kalau tidak,  mungkin dia malah akan berpikir akan lebih baik jika ia berbohong saja”.

Dari kejadian ini, saya belajar memahami apa itu kejujuran, dan tidak seharusnya ditanggapi dengan emosi. Seharusnya kita bisa mensupport mereka, agar tidak mengulangi kesalahan nya kembali. Dengan begitu mereka tidak akan mencoba menutupi atau berbohong. Seperti yang dikatakan dalam Firman Tuhan di Kitab Amsal 14:29 yang berbunyi demikian, “Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan”. Dikatakan adalah suatu kebodohan jika kita menanggapi suatu masalah dengan kemarahan. Bukannya akan mendapatkan hasil yang lebih baik, tapi justru sebaliknya. (pl)