Tuesday, August 2, 2011

Kejujuran


Barusan saya membaca sebuah renungan tentang “Membangun Kejujuran”, bagaimana kita harus bertindak jujur mulai dari hal yang paling kecil. Lalu iseng-iseng saya bertanya pada pacar saya, apa dia sudah jujur pada ku untuk hal-hal yang kecil bahkan sebetulnya tidak penting. Dengan ragu-ragu ia menjawab,bahwa sebetulnya dia menutupi satu hal dari ku, dan jika dia cerita, aku tidak boleh marah, maka saya menyetujui syaratnya. Saya sudah berpikir saya pasti bakal marah, dan ternyata benar saya marah mendengar pengakuan darinya. Disaat saya marah-marah, ia pun berkata inilah salah satu alasan yang paling dia takuti untuk berkata jujur, dan dari kemarahan saya dia merasa akan lebih baik jika ia menutupinya. 

Disaat bersamaan saya pun BBM-an dengan seorang teman, dan saya menceritakan hal ini, dengan bijaknya temanku berkata, “kamu lebih suka di bohongi ya, pau? Nah coba gini, lihat dari sudut pandang berbeda, pacarmu sudah mau jujur ke kamu walaupun tau kamu bakal marah. Ia butuh keberanian untuk ngomong. Seharusnya kamu senang, itu artinya dia percaya pada mu. Ia berani jujur walaupun tau konsekuensinya apa. Harusnya kamu bisa menghargai usaha dia untuk berkata jujur.  Kalau tidak,  mungkin dia malah akan berpikir akan lebih baik jika ia berbohong saja”.

Dari kejadian ini, saya belajar memahami apa itu kejujuran, dan tidak seharusnya ditanggapi dengan emosi. Seharusnya kita bisa mensupport mereka, agar tidak mengulangi kesalahan nya kembali. Dengan begitu mereka tidak akan mencoba menutupi atau berbohong. Seperti yang dikatakan dalam Firman Tuhan di Kitab Amsal 14:29 yang berbunyi demikian, “Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan”. Dikatakan adalah suatu kebodohan jika kita menanggapi suatu masalah dengan kemarahan. Bukannya akan mendapatkan hasil yang lebih baik, tapi justru sebaliknya. (pl)

No comments:

Post a Comment