"Dengan mulut ini kita memuji Tuhan, dengan mulut ini pula kita bersungut-sungut, kita juga memaki" , begitulah khotbah yang disampaikan oleh Pendeta pagi ini. Kita penuh semangat memuji dan mengasihi Tuhan, kita merasa dekat dengan Tuhan pada saat berada di dalam gereja. Begitu keluar dari gereja, lalu ketemu macet di jalan, mulailah kita memaki-maki. Begitu bertemu dengan sahabat kita, mulailah kita bergosip ria. Lupa dengan dosa yang menanti.
Ah saya benar-benar terdiam saat mendengar kalimat itu, tidak pernah sekalipun menyesal saat marah-marah saat terjebak macet. Rasa-rasanya itu adalah hal yang wajar. Kita manusia selalu meminta Tuhan agar memaklumi kita, dengan dalih maklum... manusia biasa yang tidak luput dari dosa. Kalau satu hari Tuhan marah, menegur kita, dan bahkan menghukum kita, apa kita bisa memaklumi Tuhan? Saya yakin kita tidak akan bisa mengerti Tuhan. Yang ada kita justru marah balik ke Tuhan dan merasa Tuhan sudah meninggalkan kita, lalu bilang "saya bukan Ayub" .
Ayub adalah orang yang sangat saleh, dia adalah orang yang takut akan Tuhan, dia memiliki segalanya, Tuhan sangat mengasihinya. Setiap kali anaknya mengadakan pesta, setelahnya Ayub selalu melakukan kurban bakaran untuk permohonan ampun, kalau-kalau anaknya telah melakukan dosa pada saat berpesta. Tapi semuanya itu tidak abadi, semua harta yang dimiliki ayub diambil, bahkan semua anak-anaknya, tetapi ayub masih bisa berbesar hati dan masih bisa setia pada Tuhan. Pada saat sahabatnya mulai menyalahkan Tuhan, Ayub bahkan memarahi sahabatnya.
Mulai sekarang pikir-pikir kembali kalau mau marah-marah, pikir kembali kalau mau menyalahkan orang. Banyak sekali saya melihat orang-orang masih belum bijak menggunakan social media. Coba periksa kembali status update kita, kalau masih ada yang tidak enak dibaca, segeralah menghapusnya. Oke selamat merenung. (pl)
No comments:
Post a Comment