Saturday, November 28, 2015

Perjalanan ke Bromo

Liburan kali ini, destinasi yang dipilih adalah gunung Bromo, waktu yang dihabiskan cukup singkat, hanya sekitar 15 jam.

Jam 22.45 kami mulai start dari Surabaya ke Bromo pake jasa Jelajahnesia. Karena kami hanya melakukan perjalanan 2 orang, sehingga biaya per orang nya sebesar Rp. 850 ribu. Sudah termasuk sewa mobil luxio dari Surabaya menuju Bromo, sewa jeep selama di kawasan wisata, dan tiket masuk.

Jam 02.30 tiba di pintu loket, kami langsung diburu oleh para pedagang yang menawarkan sarung tangan, topi kupluk, hingga sewa jaket. Saya hanya membeli dua pasang sarung tangan dengan total harga Rp. 20 ribu. Untuk sewa jaket ditawari seharga Rp. 20 ribu juga.
Kami buru-buru diajak mas yang punya jeep untuk langsung menuju penanjakan 1. Katanya karena ini lagi weekend, takutnya tidak dapat posisi parkir mobil deket kawasan wisata, sehingga nanti terpaksa harus naik ojek menuju view point. Paket wisatanya tidak menyediakan pilihan ke penanjakan 2, karena katanya view di penanjakan 1 lebih indah dan lebih tinggi juga. Untuk menuju penanjakan kita wajib sewa jeep, sekitar Rp. 500 ribu per mobil, mobil pribadi dilarang naik, alasannya mungkin agar bisa memberikan penghasilan bagi penduduk setempat dan alasan lainnya mungkin faktor keamanan juga sih, mengingat medan perjalanan yg cukup berat, dimana jalanan dipenuhi pasir dan melalui jalan tanjakan berkelok-kelok yang cukup tajam. Namun untuk sepeda motor sendiri dipersilahkan untuk masuk hingga ke kawasan View Sunrise Point.
Jam 3.10 ngeteh dulu di warung untuk menghangatkan badan, sambil nunggu waktu sunrise. Karena kami pertama kalinya ke sini, saya khawatir kelamaan duduk di warung, jangan sampai kelewat moment penting ini. Dan sayapun tanya kepada bapak yang punya warung masih berapa jauh perjalanan dari warung sampe ke sunrise view point. Katanya cuma sekitar 100m lagi, dan waktu sunrise sekitar jam 5atau kurang. Cuma karena ini weekend (minggu dini hari) yang jumlah pengunjung lebih banyak dari pada hari biasa, mending buruan naik ambil posisi, Kalau tidak begitu tidak dapat posisi wuenak.
Lalu kami buru-buru menaiki anak tangga menuju sunrise view point. Alangkah kaget nya saya, ternyata lokasi tersebut sudah dipenuhi pengunjung, dan benar jangan berharap bisa memperoleh posisi paling depan lagi. Meski gelap dan udara dingin yang katanya mencapai 8 derajat celcius, namun tidak mengurungkan niat pengunjung buat menikmati matahari terbit sambil dingin-dinginan di jam 4 subuh.

Sunrise di Penanjakan 1
Jam 05.02 matahari perlahan-lahan mulai muncul, spontan semua orang teriak kegirangan menyaksikan benda bulat berwarna orange kemerahan tersebut.  Setelah matahari terbit sekitar 10 menit kami buru-buru cabut, karena ya percuma jg lama-lama di situ, kondisi terlalu padat sehingga tidak bisa dengan bebas take foto. Menurut driver jeep yang kami sewa, katanya kalau mau ke Bromo paling cocok itu datang di kamis malam menjelang jumat pagi. Karena pada hari itu lokasi gunung Bromo tidak sepadat hari liburan weekend apalagi liburan panjang.

Dalam perjalanan turun dari sunrise view point, saya melihat tempelan magnet untuk kulkas yang di jual ibu-ibu. Dan lagi-lagi harga perbiji nya Rp. 20 ribu. Saya minta 3 biji Rp. 50 ribu, eh langsung dikasih, harusnya ditawar lebih murah lagi hehe. 


 
Jam 05.45 perjalanan menuju kawah gunung Bromo, kondisi jalanan macet toral, sehingga semu jeep tertahan hingga 30 menit. Tiba disana sudah pukul 07.20, wow betapa menakjubkan, tampak hamparan lautan pasir yang luas. Sayangnya area parkir jeep menuju kawah Bromo berjarak kurang lebih 2 Km, untuk sampai di gunung tersebut pilihannya adalah jalan kaki, naik ojek motor atau naik kuda. Turun dari jeep, kami langsung dihampiri pemilik kuda dengan tarif yang ditawarkan Rp. 150 ribu PP.



Kami putuskan untuk berjalan kaki, dicoba dulu, siapa tau kuat. Kami berjalan santai di atas pasir yang berkilauan namun sayangnya dipenuhi kotoran kuda. Kami menggunakan masker untuk menghindari hembusan angin yg bercampur pasir dan kotoran kuda masuk ke mulut dan hidung.
Tiba di jalanan yang mulai menanjak, saya hampir menyerah dan berniat balik ke jeep, tapi saya disemangati terus sehingga dengan terpaksa saya melanjutkan perjalanan, di tengah perjalanan, saya ditawari naik kuda menuju parkiran kuda sebesar Rp. 40 ribu, tanpa pikir lagi saya langsung menyambar kuda tersebut supaya masih memiliki tenaga untuk menaiki anak tangga yang berjumlah kurang lebih 200 anak tangga. Salut sama bapak pemilik kuda, kalo diperhatiin, sepertinya dia berjalan lebih kencang daripada kudanya.




Tangga Menuju Kawah Gn. Bromo
Dari parkiran kuda, kami berjalan kaki menuju anak tangga dengan jarak kira-kira 50 meter, dengan jalan yang sedikit menanjak. Buat saya itu perjuangan yang melelahkan, mengingat aku masih harus menaiki anak tangga yang tidak sedikit dan curam. Sempat berhenti beberapa kali selama menaiki tangga, sekedar menghilangkan ngos-ngosan dan haus karena tenggorokan yang kering.




Kawah Gn Bromo
08.14 tiba di puncak gunung melihat kawah, namun disarankan untuk tetap memakai masker karena bau belerang yang menyengat menjelang siang. Kami berada di sana kurang dari 15 menit, karena tidak kuat dengan bau belerangnya sampai terbatuk-batuk, kemudian buru-buru turun.


Pasir Berbisik
09.05 berangkat ke pasir berbisik. Saya bertanya sama mas yang bawa jeep, kenapa disebut pasir berbisik, dia menjelaskan bahwa pasir-pasir yang tadinya tersiram hujan sebelumnya, pada saat mengering  akan terdengar suara gemerincing, selain itu pada saat tertiup angin, gesekan pasir-pasir tersebut juga mengeluarkan suara gemerincing. Tibalah kami di lokasi pasir berbisik, waaah menakjubkan, tampak hamparan pasir yang luas dengan pasirnya yang berkilauan.



Padang Savanah / Bukit Teletubies
Lanjut ke padang savanah, yang lokasinya tidak jauh dari pasir berbisik, Sayangnya padang rumputnya saat itu berwarna kuning dan coklat alias mati yang dikarenakan kemarau panjang kurang lebih 6 bulan lamanya. Menurut mas nya itu, paling bagus itu datang di sekitar bulan Februari - Mei, karena di bulan tersebut masih turun hujan meskipun tidak sering, padang tersebut tampak indah seperti Bukit Teletubbies yang berwarna hijau.



Jam 10.00 kita tukar mobil untuk kembali ke surabaya. Perjalanan yang melelahkan, namun cukup menyenangkan, tba di Surabaya sudah  jam 14.30. (pl)

Tuesday, October 20, 2015

Kuliner Enak di Pontianak


Beberapa teman saya yang berasal dari luar provinsi sering tanya, "di Pontianak ada tempat wisata apa sih?". Waduh saya juga bingung kalau ditanya seperti itu, karena jujur Pontianak minim tempat wisata. Yang bisa saya banggakan ya cuma kulinernya, boleh dikatakan orang Pontianak itu hidup untuk makan. Lihat saja pagi-pagi para penjual makanan sudah buka tempat makannya dan tidak pernah sepi pengunjung. Dijamin betah kalau sudah mencicipi masakan Pontianak. Cita rasa kuliner Pontianak itu lebih ke masakan suku tiong hoa, jadi memang kebanyakan menawarkan non halal food. 

Oke, berikut ada beberapa masakan yang wajib di coba kalau berkunjung ke Pontianak. Makanan yang saya sajikan di sini adalah makanan yang biasa saya makan saja, dan memang sudah terbukti enaknya. 

1. Nasi Ayam









Nasi Ayam atau nasi campur (non halal food),merupakan nasi yang disajikan dengan daging babi merah, daging babi tiga lapis yang dipanggang gurih, ayam panggang terkadang juga ayam kecap, sawi asin, telur kecap dan disirami kuah kental, benar-benar nikmat. Nasi ayam yang terkenal di Pontianak adalah Nasi Ayam Akwang yang bisa ditemukan di Jl. Pahlawan, Komplek Mega Mall, dan Jl. Arteri Supadio, tapi saya lebih suka makan di Nasi Ayam Akit dan Nasi Ayam Afu yang di Jl. Gajahmada.
 



2. Bubur Ikan
     
3. Bakmie Kepiting 














Sebetulnya agak salah sih disebut bubur ikan, lebih tepatnya Soup Ikan karena berisi nasi dan ikan kakap filet. Tapi ya sudah lah, nama itu tidak penting, yang penting enak di lidah. Bubur ikan yang paling saya suka adalah yang dijual di Jl. Diponegoro deket Pasar Mawar, tepatnya di depan dealer motor Yamaha mulai bukanya itu sekitar jam 18.00  WIB. Bubur ikan yang di sini halal kok, kalau yang di tempat lain mengandung daging babi seperti yang di Jl. Chairil Anwar, biasanya saya datang kesini di jam makan siang
























Bakmi di Pontianak terkenal dengan ukuran mie nya yang kecil dan kenyal, sepertinya orang Pontianak tidak terbiasa makan mie dengan ukuran besar. Bakmie kepiting termasuk non halal food, mienya digodok dengan minyak babi, ditaburi daging kepiting suwir, bakso ikan, babi kecap yang sudah dicincang halus, serta beberapa pelengkap lainnya. Bakmie kepiting legendaris yang terkenal di Pontianak adalah Bakmi Kepiting Ou Kie (Yam Mie Ou Kie), ada beberapa tempat untuk menikmati hidangan ini, yaitu di Jl. Gajahmada, Jl. Nusa Indah, dan Jl. Tanjungpura.

4. Bakso Ikan















Mudah sekali untuk menemukan Bakso Ikan di Pontianak, dan semuanya memiliki rasa yang enak. Namun kali ini saya hanya akan membahas bakso ikan favorit saya yang berada di Jl. Walter Monginsidi yaitu Bakso Ikan Ahan. Terdapat beberapa varian bakso ikan yang ditawarkan kepada konsumen, yaitu bakso ikan polos, bakso ikan goreng, bakso ikan kuning telur asin, bakso ikan dalam pare, bakso ikan dalam cabe hijau, dan dalam tahu kok. Bakso ini disajikan dengan nasi putih panas  atau so’un



5. Bubur Babi

 


















Untuk  mengisi perut di pagi hari, silahkan coba menu bubur babi yang di Jl. Hijas. Tempat ini tidak pernah sepi pengunjung, dan untuk menikmati bubur ini butuh waktu yang cukup lama hingga hidangan tiba di meja, selain karena ramai, daging babi nya baru dimasak bila ada pesanan, jadi hati-hati saat memakannya ya, karena bubur dalam keadaan super panas yang baru diangkat dari panci.

6. Bubur Pedas










Bubur Pedas ini merupakan makanan asli suku melayu di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Untuk menikmati bubur ini silahkan datang ke warung Bubbor Paddas Pa’ Ngah, yang memiliki beberapa cabang di Pontianak, kalau saya biasanya makan yang di Jl. Sungai Raya Dalam seharga  Rp. 9,000,- per porsi. Jangan salah bubur ini tidak sepedas namanya, bahkan memang tidak ada rasa pedasnya, Sekilas tampilan bubur ini sangat aneh, dan menurut beberapa orang menjijikan seperti muntahan kucing katanya, tapi jangan salah, rasanya benar-benar gurih di lidah. Bubur ini dibuat dari beras yang disangrai dengan kelapa parut dan kemudian digiling, selain itu terdapat beberapa jenis sayuran didalamnya yaitu Kangkung, Pakis, Tauge, Jagung, daun kesum, dan beberapa bumbu lainnya yang dimasak dengan kaldu daging Sapi serta disajikan dengan ikan teri goreng, kacang goreng, serta jeruk sambal



7. Chai Kwe / Choi Pan














Chai Kwe dari bahasa Tio Cu dan  Choi Pan dari bahasa Khek yang jika diartikan adalah kue (isi) sayur, memiliki beberapa pilihan isi, yaitu Bengkoang, Kucai, Rebung, Kacang Hijau, Keladi yang dibungkus dari kulit tepung beras dan tapioka. Kue ini disajikan dalam keadaan panas yang baru diangkat dari kukusan atau penggorengan. Chai Kwe yang cukup terkenal ada di Jl. Siam, tapi biasanya saya juga makan di café Gleam. 



7. Ce Hun Tiau 
 












Isi nya berupa Tepung sagu, cincau, bongko, kacang merah, ketan hitam. Herannya ya makanan satu ini meskipun jualnya di bawah pohon, tetapi selalu ramai pengunjung. Saya dengan temen-temen biasanya makan di dalam mobil, capek menunggu antri tempat duduk, keburu keringat meleleh. Kata orang-orang, Ce hun tiau yang enak itu Ce Hun Tiau  AHau, yang gerobaknya tepat di pertigaan Jl. Waru dan Jl. Ismail Marzuki, dan saya setuju sih kalau yang di situ yang paling enak, entah itu sugesti atau memang lebih enak dari pada gerobak-gerobak lainnya. Satu porsinya dijual Rp. 8,000 per porsinya.
9. Es Krim Angi
 













Es krim Angi atau yang lebih dikenal dengan es krim Petrus, karena letak nya berada di depan sekolah Petrus ini tidak pernah sepi dikunjungi pelanggan, baik dari warga Pontianak sendiri, maupun yang datang dari luar kota. Rasa yang ditawarkan ada beberapa rasa, Vanilla, Coklat, Stawberry, Green Tea, Nangka dan Cempedak kalau sedang musim saja. Dari beberapa rasa yg di tawarkan, yang paling saya suka adalah rasa Nangka dan Cempedak. Es krim ini disajikan dalam batok Kelapa muda maupun dalam gelas ditambahkan topping Kacang Merah, Cincau, dan Agar-agar.

Sebetulnya masih banyak lagi makanan enak di Pontianak, tapi baru beberapa yang sempat saya tulis dan juga dikarenakan ada beberapa bahan makanan yang tidak saya sentuh, sehingga tidak saya ulas. Namun ada beberapa rumah makan yang wajib dikunjungi saat datang ke Pontianak, yang menawarkan berbagai macam menu, kata orang Pontianak Ham Chai atau Pesan Sayur, karena makanan baaru dimasak sesuai pesanan. yaitu Pondok Kakap yang terkenal dengan kepiting asapnya, Rumah makan, Rumah makan Borneo dan Ahau di Jl. Setia Budi, dan masih banyak lagi. Menu yang wajib dipesan adalah He Keng goreng yaitu roll lemak babi dan udang cincang serta Cha Pakis.

Kata orang Kwe Tiau Appolo daging sapi di Jl. Patimura adalah salah satu Kwe Tiau paling enak di Pontianak, ada pula Kwe Cap mahal di Jl. Veteran yang sudah tidak diragukan lagi enaknya, meski mahal tetap tidak mengurungkan niat para pecinta kuliner untuk menikmati makanan satu ini, dan ada pula Kwe Kia Theng, yang satu ini isinya lebih banyak jeroan babi nya, serta bubur pesawat, yaitu bubur putih hambar yang disajikan dengan berbagai pilihan lauk nya yaitu ayam rebus, daging babi, dan masih banyak pilihan lainnya. Saya tidak bisa menilai beberapa makanan ini, sepertinya saya agak anti dengan makanan yang ada kata 'Kwe'nya, pokoknya ceritanya akan terlalu panjang apabila diceritakan di sini. 

Oke, selamat mencoba makanan-makanan di Pontianak ya, siapkan perut yang besar, supaya bisa memuat semua makanan di sini. Dan saran saya kalau datang ke Pontianak sebaiknya nginap di sekitar Jl. Gajahmada, kalau anda tidak memiliki kendaraan di Pontianak, mengingat susahnya menemukan transportasi di Pontianak. Kenapa saya sarankan sebaiknya di Gajahmada yang merupakan kawasan pecinan, karena di sekitar Jl. Gajahmada adalah surganya makanan terutama di malam hari, akan ada banyak makanan yang di jual di pinggir-pinggir jalan.  (pl)