Sunday, March 27, 2011

Apa Itu?


Hari  ini aku benar-benar di tegur Tuhan. Sebelum pendeta di gerejaku mulai berkotbah, ia menayangkan video klip pendek. Di video tersebut ceritanya dimulai dengan seorang ayah bersama anak lelakinya duduk bersama di taman rumah. Sang anak sambil membaca Koran sedangkan ayahnya hanya duduk diam memandang sekeliling. Tiba-tiba sang ayah melihat seekor burung yang terbang di depan mereka. 

Kemudian sang ayah bertanya, “Apa itu?”

“Seekor burung pipit”, jawab anaknya.

Tak lama kemudian, ayahnya kembali bertanya lagi, “Apa itu?”

Dan anaknya menoleh untuk melihat apa yang ditanyakan ayahnya itu, “Hanya seekor burung pipit”. Jawab sang anak sekali lagi tanpa mempedulikan sang ayah dan kemudian ia melanjutkan membaca korannya.

Sang ayah kembali bertanya lagi, “Apa itu?”

Dan anaknya mulai geram atas pertanyaan sang ayah, dan ia menjawabnya dengan nada yang tinggi, “Hanya seekor burung pipit kataku, tidak bisakah kau melihatnya?”

Ayahnya terdiam sejenak, kemudian bertanya sekali  lagi, “Apa itu?”

Kemudian anaknya bangkit berdiri dan melipat kembali Koran yang sedang ia baca, ia marah dan berteriak pada ayahnya, “Sudah ku katakana itu hanya burung pipit, kenapa engkau menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang?”

Sang ayah masuk kedalam rumah meninggalkan anaknya yang merasa menyesali dirinya karena begitu kasar terhadap ayahnya sendiri. Tak lama ayahnya kembali lagi ketaman dengan membawakan sebuah diari tua yang telah usang. Ia membuka halaman buku diary tersebut dan meminta anaknya membaca dengan nyaring.

“Hari ini aku duduk di taman bersama dengan anak bungsuku yang berusia 3 tahun, kemudian anakku melihat seekor burung pipit kecil terbang di depan kami dan ia pun bertanya kepadaku, “Apa itu?”. 
 Aku menjawabnya, “itu seekor burung pipit” . kemudian ia bertanya lagi, “Apa itu?”. “seekor burung pipit”, jawabku dengan senyuman yang hangat kepadanya. Dan ia pun kembali bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama hingga 21 kali, akupun menjawabnya sebanyak 21 kali pula. Aku menjawabnya dengan sabar tanpa merasa bosan maupun marah atas pertanyaan yang berulan-ulang tersebut”.

Selesai membaca diary tua ayahnya tersebut, sang anaknya langsung menangis kemudian memeluk dan mencium kening sang ayah, “Maafkan aku ayah” sesalnya.

Terkadang aku juga berlaku seperti itu terhadap papaku. Aku tidak suka jika papaku bertanya berulang-ulang kali padaku. Aku marah jika papaku tidak mengerti atas apa yang aku maksud, kemudian menanyakan ketidakmengertiannya kembali. 
Tuhan mem-flash back ingatanku kembali melalui video pendek tersebut. Tuhan mengajarkan aku untuk selalu hormat pada orang tua ku.
Seperti tertulis di Efesus 6 : 2 “Hormatilah ayah dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang penting…”
Terima kasih Tuhan atas ajaranMu pada ku dimalam hari ini. Aku mau belajar untuk menyayangi dan hormat pada orang tuaku. Aku mau menyenangkan hati mereka.

No comments:

Post a Comment